Thursday, February 18, 2016

Hal-Hal yang Bisa Memalingkan Hati dari Cinta Kepada Allah – Bag.1


aagym
Allah3


1.  Orang tua
Apabila kita merujuk kembali kepada Al Quran surat At Taubah ayat 24 tersebut di atas, ada orang yang begitu mencintai orang tuanya lebih dari segala-galanya. Dia merasa begitu bangga dengan jabatan yang diemban oleh ayahnya. Dia merasa terbawa mulia dengan kedudukan yang dimiliki ayahnya. Dia merasa terbawa hebat dengan pangkat dan gelar yang disandang oleh ayahnya. Ia sangat mengandalkan nama ayahnya. Ia membawa-bawa nama ayahnya, seolah itulah jaminan yang akan membuat segala urusannya menjadi terpenuhi dengan sangat mudah. Ia membawa-bawa nama ayahnya dengan harapan orang lain akan memuliakan dirinya karena memiliki ayah yang luar biasa.
Sikap seperti di atas sangat berpotensi mendatangkan masalah. Yaitu ketika seseorang lebih takut kepada murka orang tua daripada murka Allah. Ketika seseorang lebih cinta kepada orang tua karena menganggap orang tua adalah pemberi segala kebutuhannya. Ketika seseorang menuruti segala kehendak orangtuanya terlepas dari benar ataupun salah, maka ini akan mendatangkan kesulitan. Ketika seseorang sangat takut, cinta dan harap terhadap orang tuanya melebihi takut, cinta dan harapnya kepada Allah Swt, maka itu adalah awal dari malapetaka.
Cinta, hormat dan patuh kepada orang tua adalah hal yang disyariatkan di dalam Islam. Bahkan di dalam Al Quran, Allah Swt langsung yang melarang kita membantah atau melawan kepada orang tua.
 Allah Swt berfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Israa [17]: 23-24).
Ayat tersebut di atas menegaskan bahwa mengucapkan kata “Ah” kepada orang tua saja tidak diperbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. Penghormatan kepada orangtua adalah hal yang sangat diperhatikan. Seorang anak dilarang melontarkan kata-kata atau melakukan suatu perbuatan yang bisa mengakibatkan rasa sakit hati orang tuanya. Jikapun ada ketidaksetujuan dengan orang tua, maka hendaknya disampaikan dengan tetap menunjukkan penghormatan kita kepada mereka.
Hal yang perlu disadari adalah bahwasanya niat kita menghormati dan mencintai kedua orang tua itu haruslah dilatarbelakangi karena rasa cinta kita kepada Allah Swt. Kecintaan dan pengormatan kita terhadap mereka harus dalam rangka penghambaan kita kepada Allah Swt. Inilah wujud dari rasa cinta kepada-Nya.

2.  Anak
Bagi yang sudah dikaruniai anak, juga penting untuk selalu mawas diri. Ada orang yang begitu mencintai anaknya melebihi dari apapun. Ia sangat membangga-banggakan anaknya, memamer-mamerkan foto-fotonya, apalagi jika ada piala-piala, piagam dan medali yang banyak. Kemudian, ia terjerumus kepada sikap sombong, riya, ingin dipuji oleh manusia. Terjebak kepada sikap takabur dan merendahkan orang lain karena anak-anak mereka tidak sehebat anaknya.
Atau ada juga orang tua yang menjadi terhalang dirinya dari ibadah kepada Allah Swt hanya karena lebih mengutamakan untuk memenuhi suatu keinginan anaknya. Bahkan, tidak jarang orang tua yang menjadi gelap mata, melakukan perbuatan korupsi karena demi memenuhi keinginan anaknya untuk memiliki motor atau mobil misalnya.
Ada orang yang sebelum punya anak, tahajudnya bagus, tadarrusnya giat, shalat fardhu selalu di masjid, langka absen dari pengajian, kesempatan untuk bersedekah selalu dicari, dan amal-amal kebaikan lainnya. Akan tetapi setelah Allah Swt menitipkan anak kepadanya, amal-amal kebaikan itu berkurang secara perlahan atau secara cepat karena lebih sibuk mengurus anaknya. Jadi banyak amal kebaikan yang terhambat, padahal hambatan itupun dibuat oleh dirinya sendiri. Karena sebenarnya amal-amal kebaikan itu tetap bisa dilakukan meski sudah memiliki anak. Bahkan sebenarnya amal-amal kebaikan itu bisa semakin bertambah setelah memiliki anak.
Allah Swt berfirman,
 “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfal [8]: 28).
Ketika hati terlalu didominasi oleh anak. Ketika sang anak sakit, maka orang tuanya menjadi was-was, tegang dan diserang rasa takut bertubi-tubi. Mengapa terjadi seperti itu? Karena Allah tidak dia hadirkan di dalam hatinya. Ia hanya berpikir seakan anaknya itu adalah sepenuhnya miliknya, ia merasa telah bersusah-payah membesarkannya dan seterusnya. Padahal sudah jelas, anak adalah ciptaan, titipan dan milik Allah Swt.
Semestinya ketika anak sakit, sikap orang tua adalah merawatnya, membawanya berobat dan libatkan Allah Swt di dalam setiap proses itu. Karena sesungguhnya hanya kekuasaan-Nya-lah yang bisa memberikan kesembuhan pada sang anak. Karena hakikatnya sang anak adalah milik-Nya dan hanya Dia yang kuasa membuatnya sakit dan membuatnya sembuh.
Hadirkanlah Allah Swt di dalam hati ketika kita mengungkapkan kecintaan kita kepada anak kita. Amal kita saat merawatnya, menjaganya, membesarkannya, mendidiknya, niatkanlah sebagai wujud kita mencintai Allah Swt Yang telah mempercayai kita dengan titipan berupa kehadiran anak. Niatkanlah amal kita tersebut sebagai wujud ketundukan dan ibadah kita terhadap-Nya. Jika Allah Swt yang jadi niat besar kita dalam menjaga dan mendidik anak kita, maka Allah akan membimbing kita dalam menjadikan anak ini sebagai insan yang shaleh dan berbakti dan berguna.
Mawas dirilah untuk kita yang sudah diamanahi anak oleh Allah Swt, karena sesungguhnya sangatlah mudah bagi Allah Swt untuk mengambil kembali titipan-Nya itu. Jadikanlah kehadiran anak sebagai penyemangat untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Jangan berlebihan dalam mencintai anak, karena sesungguhnya anak bukanlah milik kita. Anak hanya titipan Allah kepada kita.
bersambung..
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
sumber:smstauhiid.com
 

No comments:

Post a Comment